Kamis, 20 Agustus 2015

terapi akupuntur terhadap pasien stroke

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah Stroke. Istilah ini lebih populer di banding CVA. Kelainan ini  terjadi pada organ otak. Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak. Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.
Stroke menyebabkan angka kematian yang   tinggi. Kejadian  sebagian  besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 %  lebih tinggi) dan usia umumnya di atas 55 tahun.
1.2  Tujuan
a.       Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui trend isu terapi pada penyakit stroke
b.      Tujuan Khusus
1.      Mengetahui definisi stroke
2.      Mengetahui etiologi stroke
3.      Mengetahui patofisiologi terjadinya stroke
4.      Mengetahui WOC dari stroke
5.      Mengetahui tanda dan gejala stroke
6.      Mengetahui diagnosis stroke
7.      Mengetahui penatalaksanaan pasien stroke
8.      Mengetahui komplikasi stroke
9.      Mengetahui terapi untuk menangani stroke









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Stroke
Stroke  atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2001).
       Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa  pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1.      Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik
2.      Stroke Hemoragik
                        Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk




2.2  Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu:
1.      Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2.      Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
3.      Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
4.      Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
       Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2001) adalah:

1.      Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
2.      Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.















2.3  Patofisiologi
1.     Stroke Non Hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga  arteri  menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
 Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2.     Stroke Hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
          Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah  tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
    





2.4  WOC

2.5  Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah
a.       kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh,
b.      hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata,
c.       pusing dan pingsan,
d.      nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
e.       bicara tidak jelas (pelo),
f.       sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat,
g.      tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,
h.      ketidakseimbangan dan terjatuh,
i.        hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

2.6  Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1.      Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2.      Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3.      Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.

2.7  Komplikasi
       Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
1.      Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2.      Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3.      Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

2.8  Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:
1.      Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2.      CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3.      Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak  sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
4.      MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5.      Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6.      EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7.      Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.





BAB III
TERAPI AKUPUNTUR PASIEN STROKE
Akupunktur merupakan suatu sistem pengobatan tradisional dari Cina yang telah digunakan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Teori pengobatan tusuk jarum Cina didasarkan pada pemikiran bahwa ada suatu pola aliran energi (Qi) yang melalui sistem meridian tubuh. Gangguan pada aliran energi ini dipercaya mengakibatkan penyakit pada manusia. Akupunktur akan membantu memulihkan kembali pola aliran energi tersebut sehingga penyakit dapat disembuhkan. Metode akupunktur yang diberi nama Akupunktur “GI” merupakan penyederhanaan terhadap metode akupunktur dari Cina. Akupunktur “GI” merupakan metode penusukan jarum akupunktur berdasarkan prinsip pemijatan dengan titik utama 2 di leher, 3 di perut, dan 2 di tungkai bawah. Lama terapi yang disarankan yaitu selama dua bulan. Berdasarkan psycho neuroendocrine immunology, tubuh merupakan kesatuan dari sistem psikis, saraf, hormon dan imun. Akupunktur “GI” berperan melalui stimulasi sistem saraf untuk mengembalikan homeostasis tubuh.
Penyederhanaan metode akupunktur ini dilakukan dengan tujuan Akupunktur “GI” dapat dipelajari dengan lebih mudah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama bagi golongan masyarakat yang keadaan keuangannya tidak begitu baik Akupunktur dapat diberikan segera pada stroke iskemik, namun pada stroke perdarahan akupunktur dapat dimulai setelah kondisi pasien sudah stabil (2-3 minggu pasca serangan stroke).
Menurut survei yang dilakukan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) pada tahun 2004, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. WHO (World Health Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan efektif menangani kasus stroke
3.1  Kelebihan Terapi Akupuntur
a.       Mudah dilakukan, karena tidak melihatjenis kelamin dan usia,
b.      Aman, karena tidak ada efek samping yang  dapat ditimbulkan seperti pemakaian obat dalam jangka panjang,
c.       Rasional, karena banyak penelitian yang membuktikan akupuntur termasuk salah satu alternatif pengobatan,
d.      Afektif mengurangi keluhan pasien,
e.       Murah, apabila dibandingkan dengan metode pengobatan yang lain.

3.2     Efek Negatif
Pada umumya, terapi akupuntur atau tusuk jarum tidak memiliki efek samping yang berbahaya. Pada saat jarum ditusukkan ke kulit, rasa nyeri yang ditimbulkan tidak terlalu mengganggu. Rasa nyeri, ngilu atau pegal yang ditimbulkan dikatakan sebagai tanda terangsangnya sistem syaraf pasien. Kecil sekali kemungkinan adanya pendarahan, terkecuali bagi mereka yang memang mengalami kelainan pada hemoglobin darah.
Bahaya infeksi yang kemungkinan timbul, dapat diminimalisir dengan penggunaan jarum sekali pakai. Beberapa penelitian juga tidak menemukan adanya bahaya yang dapat timbul berkenaan dengan penggunaan jarum atau terapi ini. Setidaknya, fakta ini menunjukkan bahwa efek samping akupuntur yang berbahaya, yang selama ini dpertanyakan, tidak terbukti.

3.3  Kontraindikasi Terapi Akupuntur
Adapun pasien yang sangat tidak disarankan melakukan terapi akupuntur adalah:
a.       Kedaruratan medik,
b.      Gangguan pembekuan darah,
c.       Ibu Hamil trimester pertama,
d.      Menusuk daerah tumor atau kanker,
e.       Penderita yang memakai alat pacu jantung,
f.       Menusuk kulit yang sedang mengalami radang.
3.4  Penyakit yang dapat diobati Terapi Akupuntur
a.       Gangguan saluran pernafasan (Sinusitis, Rhinitis, Influensa, Batuk, Asthma),
b.      Gangguan Pencernaan (Maag, Konstipasi, Diare, Cegukan , Mual Muntah)
c.       Gangguan Muskuloskeletal / Otot dan persendian (Sakit Kepala, Vertigo, Migrain, Bell’s Palsy, Neuropati Perifer, Nyeri Pinggang, Kaku Leher, Frozen Shoulder, Myalgia, Nyeri Lutut, Post Stroke, Tennis  Albow).
d.      Keadaan Tertentu (Kegemukan, Kecantikan, Peningkatan Stamina, Penurunan Kadar Gula)
3.5  Metode Akupuntur pada Stroke
Adapun metode akupunktur yang dapat digunakan pada penyakit stroke sesuai tujuan yang ingin dicapai yaitu:
·         Akupunktur tubuh (untuk merangsang otot-otot perifer yang lumpuh supaya pulih kembali, mengatasi nyeri, menurunkan kolesterol darah, menurunkan gula darah pada kencing manis dan menurunkan berat badan).
·         Mikro akupunktur telinga (mengatasi stress, nyeri, depresi, dan menurunkan tekanan darah)
·         Mikro akupunktur kepala (merangsang pusat otak yang mengendalikan pergerakan tubuh dan pusat bicara)
3.6  Manfaat Akupuntur terhadap Penyakit Stroke
Dapat diringkas beberapa efek atau manfaat akupunktur terhadap penyakit stroke adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang mengalami kerusakan
b.      Menurunkan tekanan darah pada hipertensi
c.       Menurunkan kolesterol darah jika tinggi
d.      Meurunkan gula darah pada kencing manis
e.       Menekan radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih lanjut dapat dihambat
f.       Merangsang pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh
g.      Mengatasi stress, depresi dan nyeri.
h.      Bukti terbaru pada hewan percobaan akupunktur dapat merangsang perbaikan saraf yang mengalami kerusakan.
i.        Memperbaiki gangguan elektrik otak terutama yang berhubungan dengan saraf untuk pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh





















BAB IV
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
 Stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Stroke Hemoragic dan Stroke Non Hemoragic. Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu: Thrombosis, Embolisme serebral, Iskemia dan Hemoragi serebral. Menurut survei yang dilakukan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) pada tahun 2004, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
WHO (World Health Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan efektif menangani kasus stroke. Manfaat akupunktur terhadap penyakit stroke antara lain : Meningkatkan suplai darah/oksigen di daerah otak yang mengalami kerusakan, menekan radikal bebas sehingga kerusakan otak lebih lanjut dapat dihambat, merangsang pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh, mengatasi stress, depresi, nyeri,dll. Bukti terbaru pada hewan percobaan akupunktur dapat merangsang perbaikan saraf yang mengalami kerusakan dan memperbaiki gangguan elektrik otak terutama yang berhubungan dengan saraf untuk pergerakan otot lengan-kaki yang lumpuh.
1.2  Saran
Sebaiknya untuk metode terapi akupuntur “GI” pada pasien stroke ini penggunaan jarumnya harus menggunakan jarum yang steril sehingga tidak menimbulkan efek yang negatif. Dan jarum yang digunakan harus dengan menggunakan jarum yang baru, agar pasien baru yang akan melakukan terapi akupuntur tidak tertular penyakit pasien sebelumnya yang jikalau mempunyai riwayat penyakit menular.


DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A,dkk.2001. Kapita  Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
            .2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action
Price, S.A & Wilson. L.M.2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C & Bare, B.G.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC






Tidak ada komentar:

Posting Komentar